Agus Mughni | Selasa, 19/11/2024 16:05 WIB
Ilustrasi Selain Carok, Ini 8 Tradisi Madura yang Masih Lestari (Foto: Pngtree,Antarajatim/Agus Mughni/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com – Madura, sebuah pulau yang terletak di Jawa Timur, terkenal dengan kekayaan budaya dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Sering kali dikenal karena fenomena carok, namun pulau ini juga menyimpan banyak tradisi unik yang mencerminkan kedalaman nilai sosial, spiritual, dan hubungan masyarakat Madura dengan alam.
Salah satu aspek yang menonjol adalah tradisi-tradisi yang terus hidup, di mana setiap ritus dan festival memiliki makna mendalam bagi komunitasnya.
Selain carok, yang kontroversial, ada banyak tradisi lain yang juga menggambarkan kedalaman budaya Madura. Dari karnaval sapi yang meriah hingga ritual-ritual spiritual yang penuh makna, berikut adalah beberapa tradisi unik Suku Madura yang layak untuk dikenali lebih dalam.
1. Karapan Sapi: Lomba Pacuan Sapi yang Mendunia
Karapan Sapi adalah salah satu tradisi paling terkenal di Madura. Dalam lomba ini, dua sapi jantan yang dihias indah akan ditarik menggunakan kereta kecil yang disebut bajak dan dipacu di atas tanah berlumpur. Karapan Sapi adalah simbol kekuatan fisik, keberanian, dan keterampilan peternak dalam melatih sapi mereka.
Lomba ini biasanya diadakan pada musim tertentu dan menjadi ajang pertemuan masyarakat Madura dari berbagai desa. Karapan Sapi telah mendunia dan menjadi kebanggaan masyarakat Madura.
2. Rokat Tase (Petik Laut): Ritual Syukur Nelayan Madura
Rokat Tase, atau yang lebih dikenal dengan Petik Laut, adalah ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Madura sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang diperoleh, serta untuk memohon keselamatan bagi para nelayan. Dalam upacara ini, sesaji berupa nasi tumpeng dan hasil laut lainnya dipersembahkan di laut.
Ritual ini memperlihatkan hubungan yang erat antara masyarakat Madura dengan laut sebagai sumber kehidupan utama mereka.
3. Ojung: Ritual Adat untuk Memohon Hujan
Ojung adalah tradisi yang melibatkan dua orang laki-laki yang beradu fisik dengan menggunakan rotan sepanjang sekitar satu meter. Upacara ini biasanya dilakukan untuk memohon hujan, terutama saat terjadi kekeringan atau musim kemarau yang panjang.
Selain adu fisik, ritual Ojung juga diiringi oleh musik tradisional khas Madura yang terdiri dari alat musik dung-dung (akar pohon siwalan) dan kerca, yang menghasilkan suara seperti bas. Musik ini menjadi ciri khas Ojung, yang tidak dijumpai di daerah lain.
4. Bubur Suro: Hidangan Khas untuk Tahun Baru Islam
Bubur Suro adalah hidangan khas yang disajikan masyarakat Madura dalam rangka merayakan 1 Muharram atau Tahun Baru Islam. Bubur ini terbuat dari nasi yang dimasak dengan santan, rempah-rempah, dan lauk-pauk seperti ayam, telur, dan sayuran.
Bubur Suro tidak hanya sebagai hidangan, tetapi juga sebagai bentuk rasa syukur atas tahun yang telah berlalu dan doa untuk berkah di tahun yang baru. Acara ini juga melibatkan doa bersama sebagai tradisi yang mengikat keluarga dan masyarakat.
5. Toktok: Adu Sapi yang Menguji Kekuatan
Toktok adalah tradisi aduan sapi yang dilakukan dengan cara mengadu dua sapi jantan yang saling bertarung. Toktok menjadi ajang hiburan rakyat di Madura, di mana sapi yang lebih kuat fisiknya akan menjadi pemenang.
Berbeda dengan Karapan Sapi yang mengutamakan kecepatan, Toktok menekankan pada adu kekuatan fisik sapi. Tradisi ini juga menjadi sarana untuk menunjukkan keberanian dan keterampilan para peternak dalam melatih hewan mereka.
6. Slametan Laut: Doa Bersama untuk Keselamatan Para Nelayan
Slametan Laut adalah tradisi serupa dengan Rokat Tase, yang bertujuan untuk memohon keselamatan bagi para nelayan yang melaut. Dalam upacara ini, sesaji berupa nasi tumpeng, ikan, dan hasil laut lainnya dipersembahkan di laut sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan keselamatan bagi para nelayan.
Tradisi ini juga memperlihatkan bagaimana masyarakat Madura menjaga hubungan harmonis dengan alam, khususnya dengan laut yang menjadi sumber mata pencaharian mereka.
7. Upacara Nadar (Nyadar): Tradisi Adat untuk Menghormati Leluhur
Upacara Nadar atau yang juga dikenal dengan nama Nyadar adalah sebuah tradisi adat yang digelar tiga kali dalam setahun oleh masyarakat Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Madura. Tradisi ini dimulai pada sore hari sekitar pukul 4, di mana masyarakat setempat datang beramai-ramai menuju makam leluhur untuk mengadakan upacara.
Selama upacara, masyarakat melakukan berbagai kegiatan, mulai dari tabur bunga di makam hingga pembacaan doa yang dipimpin oleh pemuka adat. Pada malam harinya, peserta upacara menginap di sekitar makam, baik dengan mendirikan tenda atau menginap di rumah warga setempat. Selama menginap, mereka juga memasak makanan untuk selamatan keesokan harinya.
Makanan yang disiapkan untuk upacara Nadar biasanya berupa nasi, ayam, telur, dan bandeng. Setelah upacara selesai, sisa makanan akan dibagikan kepada kerabat yang tidak bisa hadir, atau diberikan kepada yang membutuhkan. Tradisi ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai cara untuk mempererat hubungan sosial di antara warga desa.
8. Bhubu`an: Tradisi Memberi Kado pada Pernikahan
Bhubu`an adalah tradisi memberikan hadiah atau kado kepada pasangan pengantin saat pernikahan. Tradisi ini sudah ada sejak dahulu dan memiliki makna sebagai bentuk dukungan sosial dan kebersamaan dalam acara pernikahan.
Dulu, Bhubu`an dilakukan dalam bentuk sembako atau bahan pangan, seperti beras, minyak, gula, dan lainnya, yang sangat bermanfaat bagi pasangan pengantin yang baru memulai hidup bersama. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak yang menggantinya dengan pemberian uang tunai. Hadiah ini bukan hanya sekedar materi, tetapi juga menjadi simbol solidaritas dan rasa saling mendukung antarwarga dalam suatu komunitas.
KEYWORD : Carok Tradisi Madura Jawa Timur Karapan Sapi