Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil, menyoroti kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang yang semakin memprihatinkan. Menurutnya, tumpukan sampah di Bantar Gebang setara dengan enam belas lantai gedung. RK menekankan bahwa jika terpilih sebagai Gubernur Jakarta, ia berencana untuk mengubah sampah tersebut menjadi bongkahan yang menyerupai batako, seperti yang telah dilakukan di Singapura.
“Poin saya adalah praktik reklamasi di Singapura yang menggunakan pasir laut dan sampah yang sudah menjadi bongkahan. Rumus ini akan menjadi inspirasi kita, sehingga tumpukan sampah di Bantar Gebang yang setara dengan 16 lantai dapat dikonversi menjadi bongkahan ala-ala batako,” ungkap RK kepada wartawan di JS Luwansa Hotel & Convention Center, Jakarta Selatan.
Batako-batako hasil konversi ini akan digunakan untuk pembangunan reklamasi Giant Sea Wall di Jakarta Utara, sebuah program yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto. “Tujuannya adalah untuk proyek reklamasi Giant Sea Wall. Dalam proyek ini, 40 persen bahan akan berasal dari pasir laut, sementara 60 persen lainnya akan berasal dari sampah di Bantar Gebang yang saat ini tidak memiliki nilai ekonomi,” jelas Ridwan Kamil.
Sebelum mengembangkan proyek ini, RK menegaskan bahwa akan dilakukan analisis dampak lingkungan (amdal) untuk memastikan keberlanjutan dan keamanan proyek. Meskipun setiap pembangunan pasti membawa dampak, RK berkomitmen untuk memitigasi dampak negatif sebanyak mungkin. “Pembangunan harus didasari oleh amdal. Kita harus menyeimbangkan antara niat baik membangun dengan dampak sosial dan lingkungan. Tidak ada pembangunan yang tidak berdampak, tetapi kita harus memitigasi dampak tersebut seminimal mungkin,” tegasnya.
Jika dampak negatif lebih banyak, proyek reklamasi ini tidak akan dilanjutkan. Namun, jika sebaliknya, program ini akan terus dipertahankan. “Kita harus memastikan bahwa kebaikan yang dihasilkan lebih banyak daripada kekurangannya. Itulah prinsip yang akan kami terapkan dalam setiap pembangunan,” pungkas Ridwan Kamil.