PAGI yang penuh semangat, penulis mengamati kelas demi kelas di SD Negeri Ngemplak. Selain memastikan proses belajar-mengajar berjalan lancar, sebagai kepala sekolah perlu tahu kondisi peserta didik, presensi, hingga cerita-cerita kecil yang mungkin luput dari pandangan. Hasil berbincang dengan para guru, terungkaplah hal serius yang perlu perhatian bersama yaitu perundungan. Beberapa guru bercerita tentang siswa yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari teman sebaya atau bahkan kakak kelas. Akibatnya, anak-anak ini sering terlihat murung, takut, atau menarik diri dari lingkungan sekolah. Bahkan menolak datang ke sekolah, karena hilang rasa nyaman yang seharusnya menjadi hak mereka. Bentuk perundungan yang terjadi pun beragam. Ada yang berupa ejekan verbal, misalnya memanggil dengan julukan yang bernada negatif, mengomentari kekurangan fisik secara kasar, serta menggunakan nama orang tua korban sebagai bahan olok-olok.
Ada pula tindakan fisik, berkelahi, menyakiti, hingga ancaman atau pemalakan. Tidak kalah memprihatinkan, bentuk perundungan relasional juga muncul, seperti mengucilkan teman dari kelompok bermain. Repotnya, pelaku rupanya tidak menyadari atau bahkan tidak peduli pada dampak tindakan mereka. Merujuk kepada data raport pendidikan tahun 2023, semakin memperkuat temuan ini.
Dari enam kompetensi yang diukur, di SDN Ngemplak semuanya menunjukkan perkembangan positif kecuali iklim keamanan sekolah. Delta menurun mengindikasikan adanya masalah yang musti dibenahi. Hasil Asesmen Nasional (ANBK) dan Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar) mengonfirmasi jejak tindakan perundungan di lingkungan sekolah. Menyikapi hal ini, penulis merenungi bagaimana sekolah, guru, orang tua, dan seluruh komunitas pendidikan dapat bersinergi untuk memastikan setiap anak merasa aman, dihargai, dan bahagia di sekolah ini? Inilah momentum bagi SD Negeri Ngemplak untuk melangkah lebih baik, tidak hanya meningkatkan prestasi akademik tetapi juga menciptakan lingkungan yang benar-benar ramah bagi semua. Tantangan Menciptakan Ekosistem Sekolah yang Aman Di balik gerbang sekolah, dinamika perilaku siswa tidak hanya dibentuk oleh yang mereka pelajari di kelas, tetapi dipengaruhi lingkungan tempat tinggal dan latar belakang keluarga mereka. Di SD Negeri Ngemplak, beragam latar belakang ekonomi dan sosial siswa menjadi tantangan tersendiri. Banyak dari mereka berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi lemah dan pendidikan orang tua yang rendah. Kondisi ini dapat berdampak pada minimnya perhatian orang tua terhadap perkembangan anak, termasuk dalam memahami apa itu perundungan dan bagaimana dampaknya. Di era digital tantangan semakin bertambah. Anak memiliki akses ke internet dan media sosial, maka mereka rentan terhadap konten yang belum sesuai usia termasuk dapat meniru yang berbau perundungan. Menciptakan ekosistem sekolah yang ramah, aman, dan nyaman, diperlukan sinergi dari berbagai elemen. Pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, orang tua siswa, peserta didik, instansi terkait seperti polsek, pendakwah, hingga masyarakat sekitar harus bersatu. Setiap pihak memiliki peran strategis, mulai dari memberikan edukasi kepada siswa, memantau perilaku, hingga menciptakan lingkungan yang kondusif baik di sekolah maupun di rumah. Pelibatan banyak pihak ini bukan tanpa tantangan. Bagaimana memastikan setiap elemen memainkan perannya secara maksimal dan tepat sasaran? Tentu membutuhkan koordinasi yang solid, komunikasi yang efektif, serta komitmen untuk berkolaborasi demi tujuan bersama.