Jakarta, Gatra.com – Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pada hari Jumat lalu (7/10) berangkat ke Malang, Jawa Timur untuk mencari dan menemukan bukti dan fakta terkait tragedi Kanjuruhan.
Anggota TGIPF, Rhenald Kasali mengungkapkan jika TGIPF selama berada di Malang telah menemukan bukti-bukti dan fakta-fakta yang telah terjadi di Kanjuruhan.
. Hasil Rapat TGIPF: Rekomendasi Sanksi, Telusuri Masalah hingga Sinkronisasi Regulasi
“TGIPF sudah mengumpulkan fakta-fakta, sudah membawa bukti-bukti, sudah mengumpulkan beberapa CCTV yang penting, sudah membaca seluruh sop ketentuan-ketentuan yang berlaku, dan hampir dapat disimpulkan banyak hal yang sudah ada tetapi tidak dijalankan,” kata Rhenald kepada awak media di Gedung Menko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (10/10).
Bukti yang sudah ditemukan diantaranya ialah berdasarkan dari penyampaian APPI kepadaTGIPF mengenai pengamanan dengan menggunakan baracuda itu kurang tepat dilakukan, karena tidak memberikan rasa yang cukup aman.
. Kapolri Sebut 11 Personel Tembakkan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan
“Mereka (APPI) mengatakan selama ini diamankan dengan baracuda itu tidak tepat sebetulnya, yang harus diberikan itu adalah rasa aman dan membangun budaya sportivitas tapi sebetulnya itu sudah ada dari ketentuan FIFA, namun tidak dijalankan,” tambahnya.
Kemudian bukti lainnya seperti pembangunan gedung Stadion Kanjuruhan yang sudah dibangun sekitar tahun 1970 atau 1980 namun Stadion tersebut masih mengadopsi tradisi lama.
“Pada masa itu kebutuhan atau keinginan masyarakat menggunakan Stadion belum seperti sekarang, bangkunya masih panjang seperti itu, ada tempat berdiri, pintunya seperti penjara sliding, dan biasanya adalah kalau panitia pelaksana yang benar itu barikade harus dibongkar. Tapi entah mengapa tidak diberikan kunci dari pemerintah setempat kepada panitia pelaksana,” jelas Rhenald.
Guru besar bidang ilmu manajemen ini menyayangkan jika sudah seharusnya pintu di Stadion harus diganti. “Jadi, pintunya itu sangat sempit. Dan foto yang tadi sudah dianalisis adalah dari pintu keluar, jadi dari atas tribun itu keluar, itu curam sekali. Dalam keadaan normal pun orang tidak bisa cepat. Tetapi itu dibiarkan dan menurut hemat kami, stadion-stadion seperti itu harus sudah dibongkar,” ujarnya.