Trauma Itu Ada, tapi Kekerasan Tak Bisa Dibalas dengan Kekerasan

9 September 2024, 6:43

JAKARTA, KOMPAS.com – Peristiwa ledakan bom Kuningan, 9 September 2004 sudah terjadi tepat 20 tahun lalu, hari ini, Senin (9/9/2024).
Namun kengerian dan trauma kejadian itu masih membekas bagi Sucipto Hari Wibowo, yang merupakan penyintas atau korban bom Kuningan.
Ditemui di Jakarta, dalam sebuah acara yang digagas oleh organisasi Aliansi Indonesia Damai (AIDA), pada Minggu (8/9/2024), Sucipto menceritakan semuanya mengenai tragedi Bom Kuningan, 20 tahun lalu.
Bom Kuningan merupakan peristiwa peledakan bom seberat 3 kuintal atau 300 kilogram yang dibawa oleh mobil box tepat di depan Kedutaan Besar Australia, Kuningan, Jakarta.
Sucipto masih mengingat betul bagaimana peristiwa itu terjadi. Dia bercerita tentang peristiwa hingga perjuangan bersama penyintas bom lainnya untuk memaafkan mantan pelaku pengeboman, juga perjuangan mendapatkan hak-hak sebagai korban.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Peristiwa Bom Kuningan 2004, Meledak di Depan Kedubes Australia

9 September 2004, hari yang tak biasanya
Sucipto menceritakan bahwa 9 September 2004 menjadi hari yang dimulai dengan tidak seperti biasanya.
Bagaimana tidak, ia sehari-hari bekerja di bidang administrasi. Hal ini membuatnya sehari-hari berada di kantor.
Namun pada 9 September 2004, seorang rekan yang biasanya bertugas mengambil dokumen di luar kantor, memintanya untuk pergi ke luar menggantikannya.
“Saya bekerja di Jakarta, di suatu kantor di Jakarta Selatan tepatnya. Saya kerjanya administratif, hampir tidak pernah keluar kantor. Hanya berkutat di komputer dan administrasi setiap harinya,” ujar Sucipto dalam pengakuannya, ditemui di Jakarta, Minggu (8/9/2024).
“Namun, di tanggal 9 September 2004, itu pagi pagi itu, senior saya memerintahkan saya, yang setiap hari dia yang keluar kantor, ‘Nanti keluar kantor ya, penting. Ini punyanya atasan’. Saya diminta keluar ambil dokumennya,” lanjutnya.
Singkat cerita, Sucipto keluar kantor setelah sejumlah pekerjaannya selesai.
Baca juga: Keluarga Korban Peringati Tragedi Bom Kuningan
Pada pukul 10.00 lewat, dia melintasi Kedutaan Besar Australia, Kuningan, Jakarta. Tak disangka, terjadi sebuah ledakan dahsyat yang berada tak hampir 50 meter daripadanya.
Motor yang dikendarai Sucipto pun mati. Sucipto terhempas dan melayang jauh dari sepeda motornya seiring ledakan itu terjadi.
“Tepat jam 10 lewat itu ada ledakan bom yang sangat kencang sekali. Kira-kira jaraknya kalau mau dihitung itu 50 meteran dari mobil box yang membawa bom 300 kilo atau 3 kwintal, itu bahan peledak semuanya. Dan saat itu, meledak. Dan semua itu, pandangan saya putih semuanya dan saya terhempas saya, saya melayang. Motor mati,” beber Sucipto yang hingga kini masih merasakan sakit pada bagian saraf kepala akibat peristiwa bom.
“Saya enggak lihat apa-apa. Cuma saya beberapa detik sadar kemudian, kebangun sama (karena) klakson Metro Mini,” sambungnya.

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi