Tren Pangan 2025 – Krjogja

Tren Pangan 2025 – Krjogja

6 January 2025, 2:10

KRjogja.com – PERUBAHAN tren pangan global dan lokal dalam beberapa tahun terakhir mencerminkan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang semakin dinamis. Di tahun 2025, kita dapat mengantisipasi pergeseran pola konsumsi pangan yang didorong oleh perkembangan teknologi, kesadaran lingkungan, dan perubahan gaya hidup. Salah satu tren utama yang diperkirakan akan mendominasi adalah peningkatan permintaan terhadap pangan berbasis tanaman (plant-based food). Gaya hidup vegan dan vegetarian, kini mendominasi di banyak negara, termasuk Indonesia. Produk seperti daging nabati, susu nabati, dan protein alternatif lainnya menjadi semakin populer. Generasi milenial dan Gen Z mulai menyadari dampak lingkungan dari konsumsi daging hewani serta manfaat kesehatan pola makan berbasis tanaman. Industri makanan pun merespons dengan inovasi seperti burger nabati atau daging sintetis.
Baca Juga: Kemendikdasmen Dukung Keputusan Mahkamah Konstitusi Tentang Kewajiban Pendidikan Agama di Sekolah Pasar kacang-kacangan, sebagai salah satu basis pangan nabati, terus berkembang. Pada 2024, nilai pasar globalnya mencapai $17 miliar dan diprediksi meningkat menjadi lebih dari $21 miliar pada 2031 dengan tingkat pertumbuhan tahunan (Compounded annual growth rateĀ = CAGR) hampir 3 persen.

Selain itu, makanan fungsional (functional food) diprediksi akan semakin dicari. Jenis makanan ini tidak hanya memberikan energi, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan tambahan, seperti meningkatkan imunitas, kesehatan usus, atau membantu pengelolaan berat badan. Tren ini didukung oleh meningkatnya minat konsumen terhadap kesehatan sejak pandemi COVID-19. Yogurt probiotik, makanan yang diperkaya vitamin D, atau camilan sehat yang kaya antioksidan akan menjadi pilihan utama. Digitalisasi dan teknologi juga memegang peranan penting dalam industri pangan. Teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan
(AI) memungkinkan pengembangan sistem pertanian cerdas (smart farming) yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Di tahun 2025, produk pertanian vertikal (vertical farming) yang menggunakan ruang lebih kecil namun menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan emisi karbon rendah, akan semakin merebak. Teknologi blockchain banyak digunakan dalam rantai pasok untuk memastikan transparansi dan keamanan pangan. Konsumen dapat mengetahui asal-usul produk yang mereka beli, termasuk bagaimana dan di mana diproduksi. Baca Juga: Film Rahasia Rasa Hadirkan Keajaiban Kuliner Nusantara Di sisi lain, konsep keberlanjutan (sustainability) akan tetap menjadi pusat perhatian. Isu-isu seperti limbah makanan (food waste), penggunaan plastik sekali pakai, dan eksploitasi sumber daya alam menjadi fokus. Produsen makanan berinovasi dengan kemasan biodegradable dan dapat didaur ulang. Teknologi seperti aplikasi anti-boros makanan atau pengemasan yang memperpanjang umur simpan produk akan menjadi tren yang signifikan. Tren lain yang menarik adalah kembalinya perhatian pada pangan lokal dan tradisional. Konsumen mulai menyadari nilai dari keberagaman budaya pangan lokal yang sering kali terlupakan. Di Indonesia, misalnya, makanan berbasis singkong, sorgum, atau sagu diprediksi akan semakin populer sebagai alternatif pengganti beras. Selain mendukung ketahanan pangan nasional, tren ini juga memperkuat identitas budaya dan keberlanjutan. Namun, tantangan tetap ada. Salah satu isu yang akan terus menjadi perhatian adalah ketimpangan akses terhadap makanan sehat dan bergizi. Meski tren makanan sehat semakin berkembang, harga produk-produk ini masih cenderung tinggi, membuatnya sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat. Dalam hal ini, peran pemerintah, organisasi non-profit, dan sektor swasta menjadi sangat penting untuk memastikan inklusivitas dalam tren pangan ini. Baca Juga: PBNU Adakan Kongres Pendidikan dan Keluarga Maslahat Sebagai Rangkaian Harlah Ke-102 NU Selain itu, edukasi konsumen menjadi aspek penting untuk mendukung adopsi tren-tren tersebut. Banyak konsumen yang belum sepenuhnya memahami manfaat dari pola makan berbasis tanaman atau pentingnya keberlanjutan dalam konsumsi pangan. Kampanye dan program edukasi yang menarik dan mudah dipahami dapat membantu mempercepat perubahan pola pikir masyarakat.

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

,

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Statement

Fasum

Transportasi